20 sifat wajib ALLAH dan penjelasannya
berhubung sekarang banyak aliran sesat,(syiah,darul arqam,wahabi,salafi,millata abraham,islam liberal,ldii,mukmin mubaligh) saya posting artikel tentang tauhid ahlus sunnah wal jamaah.
dari http://orgawam.wordpress.com/2008/09/11/sifat-20-allah-swt/
1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala )seperti tiada zat yang lain menyamai
zat Allah Ta’ala.
PERILAKU TERPUJI
BAB IAL-QUR’AN SURAH AL-BAQARAH, 2: 30, AL-MU’MINUN, 23: 12-14,AŻ-ŻĀRIYĀT, 51: 56, DAN AN-NAHL, 16: 78A. SURAH AL-BAQARAH, 2: 30 TENTANG PERANAN MANUSIA SEBAGAIKHALIFAH
“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ‘Mereka berakat: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya danmenumpahkan darah, padahal kemi senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau danmenyucikan Engkau? ‘Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamuketahui.”
Salah satu isi kandungan Surah Al-Baqarah ayat 30 adalah bahwa Allah menciptakanmanusia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Allah SWT memberitahukan kepada malaikattentang rencana-Nya tersebut. Para malaikat merasa khawatir, bahwa umat manusia (keturunanAdam) nantinya akan berbuat kerusakan di muka bumi dan saling membunuh.Kekhawatiran paramalaikat menjadi hilang setelah mendapat penjelasan dari Allah, bahwa Allah lebih mengetahuidari apa yang telah diketahui para malaikat.
B. SURAH AL-MU’MINUN AYAT 12-14 TENTANG KEJADIAN MANUSIA
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal) daritanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kamijadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Kesimpulan isi (kandungan) Surah Al-Mu’minun ayat 12-14 adalah penegasan Allah SWTbahwa manusia merupakan makhluk ciptaan-Nya yang asal kejadiannya dari saripati tanahProses kejadian manusia ketika masih berada dalam kandungan adalah sebagai berikut:a. Allah SWT menjadikan saripati tanah yang terdapat dalam tubuh manusia sebagai
nutfah
(sperma), yang kemudian ditumpahkan ke dalam
qarar
(rahim atau kandungan).b. Allah SWT menjadikan
nutfah
sebagai
alaqah
yang berbentuk gumpalan darah menyerupaibuah lecis atau lintah.c. Dari
Alaqah
Allah SWT menjadikan sebagai
mudgah,
yaitu segumpal daging menyerupaidaging hancur yang sudah dikunyahd. dari
mudgah
Allah SWT menjadikan sebagai
idzam,
yaitu tulang atau rangkae. kemudian tulang atau rangka itu dibalut oleh dagingf. Setelah itu Allah SWT menjadikan sebagai makhluk dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk manusia yang telah berkepala, berbadan, bertangan, dan berkaki
C. SURAH AŻ-ŻĀRIYĀT, 51: 56, TENTANG TUGAS MANUSIA
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.“
Kesimpulan isi atau kandungan Al-Qur’an Surah Aż-Żāriyāt, 51: 56 adalah tentangpemberitahuan dari Allah SWT bahwa maksud atau tujuan diciptakan jin dan manusia ialah agar beribadah kepada-Nya.
D. AN-NAHL, 16: 78 TENTANG KEWAJIBAN MANUSIA UNTUK BERSYUKUR
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahuisesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Kesimpulan isi kandungan Al-Qur’an Surah An-Nahl, 16: 78 adalah mengenaipemberitahuan dari Allah SWT, bahwa Allah SWT telah mengeluarkan setiap manusia dari perutibunya dalam keadaan tidak berilmu pengetahuan. Kemudian Allah SWT memberi manusiapendengaran, pengelihatan, akal dan hati (kalbu), sebagai bekal dan alat untuk meraih ilmupengetahuan. Itu semua dimaksudkan agar manusia bersyukur kepada Allh SWT
IMAN KEPADA ALLAH.
PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH
Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai akan adanya Allah SWT sebagai TuhanYang Maha Esa dengan segala kemaha-sempurnaan-Nya. Kepercayaan tersebut diyakini dalamhati sanubari, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh.
B. SIFAT – SIFAT ALLAH SWT DALAM AL-ASMĀ’UL HUSNA
1.
Pengertian
Al-Asmā’ul Husnā
Menurut pengertian bahasa,
Al-Asmā’ul Husnā
artinaya nama – nama yang baik. menurutistilah tauhid,
Al-Asmā’ul Husnā
ialah nama – nama yang baik yang hanya dimiliki oleh AllahSWT.2.
Penjelasan Sepuluh Sifat Allah Dalam Al-Asmā’ul Husnā
a.
Ar-Rahmān
Allah SWT bernama Ar-Rahmān (Yang Maha Pemurah), karena Dia melimpahkanrahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa pandang bulu.
b.
Ar-Rahim
Sifat
Ar-Rahim
Allah SWT selalu dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya yangberiman secara tetap atau bersifat kekal.
c.
Al-Quddus
Allah SWT bernama
Al-Quddus
(Mahasuci) karena Allah SWT itu Mahatunggal, sucibersih dari sekutu, tidak beranak dan tidak deperanakandan tidak ada yang setara dengan-Nya
d.
As-Salam
Sifat ini terdapat pada nama Allah SWT “
As-Salam”
(Mahasejahtera). KesejahteraanAllah SWT itu Maha Sempurna, tidak ada kekurangannya,cacat dan celanya.
e.
Al-Mu’min
Allah SWT barnama
Al-Mu’min
(Yang Maha Memberikankeamanan atau Yang MahaTerpercaya).
f.
Al-‘Adlu
Al-‘Adlu
, yang artinya Maha Adil , tidak ada zat selain Allah yang memiliki keadilan samadengan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya.
g.
Al-Gaffār
Allah SWT bernama Al-Gaffār sebab Allah SWT Yang Maha Pengampun, yangmemiliki kebebasan penuh untuk memberikan ampunan dosa kepada hamba yangdikehendaki-Nya.
h.
Al-Hak
i
m
Allah SWT bernama Al-Hak
i
m sebab Allah SWT itu Mahabijaksana, tidak ada zatselain Allah SWT yang memiliki kebijaksanaan sama dengan-Nya, apalagi melebihi-Nya.
i.
Al-Malik
Allah SWT bernama
Al-malik
yang artinya Maha Merajai. Tidak ada raja yang memilikikedudukan dan kekuasaan yang sama dengan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya.
j.
Al-Hasíb
Allah SWT bernama
Al-Hasíb
artinya Maha Menjamin, yakni memberikan jaminankecukupan kepada seluruh hamba-Nya.
Al-Hasíb
juga bisa berarti Maha Memperhitungkan.Segala amal manusia ketika di dunia, akan dihisab di alam akhirat oleh Allah SWT denganseteliti-telitinya dan seadil-adilnya.
C. PERILAKU ORANG BERIMAN TERHADAP 10 SIFAT ALLAH SWT DALAMAL-ASMĀǓL HUSNĀ
1.
Berusaha Selalu Berbuat Baik dan Berkasih Sayang
2.
Berusaha Menjadi Mukmin yang Bertaqwa
3.
Memelihara Kesucian Diri
4.
Menjaga Keselamatan Diri dan Orang Lain
5.
Menjadi Orang yang Terpercaya dan Dapat Memberi Rasa Aman Kepada
Sesama6. Beperilaku Adil
7.
Berusaha Menjadi Orang yang Pemaaf 8. Berperilaku Bijaksana
9.
Menjadi Pemimpin yang Baik
Menjalankan tugas kepemimpinannya dengan niat ikhlas karena Allah SWT
Senantiasa berperilaku terpuji yang mendatangkan manfaat
Berusaha menjadi orang yang paling bermanfaat bagi oarang banyak.10.
Ber-Muhasabah (Introspeksi Diri
Read more: Cara membuat readmore otomatis di blog - Kutas-s
Senin, 20 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar